Edukasi Bulanan (EB) LGN kali ini
berbeda dengan biasanya. Kita menonton Film Dokumenter Bob Marley di
“layar tancap” ditambah dengan suguhan musik dari Dhyo Haw dan beberapa
musisi lokal pengunjung EB. Acara yang rencananya dimulai pukul 4.20
harus mundur hingga ibadah solat magrib selesai karena kejadian klasik
yang selalu menimpa Jakarta, macet parah. Kemacetan ini bahkan menjadi trending topic
pada Hari Pahlawan Nasional RI. Hal ini ternyata tidak menjadi
penghalang bagi para pejuang senyum untuk hadir ke Rumah Hijau LGN.
Mereka ada yang datang dari Banten, Yogyakarta, Bandung, Bekasi dan
lainnya. Kelelahan yang terkuras diperjalanan seketika menjadi sirna
ketika akhirnya mereka dapat melingkar bersama pejuang senyum lainnya di
LGN.
Pukul 6.15 EB dimulai dengan sambutan
dari Ketua LGN, Dhira. Dhira mengucapkan selamat datang di Rumah Hijau,
rumah kalian sendiri, rumah para pejuang senyum. Di sini tempat kita
berbagi kehangatan dan kedamaian. Apresiasi setinggi-tingginya juga kita
berikan kepada Bob Marley sebagai pahlawan kedamaian dan pejuang
legalisasi ganja. Bukan kebetulan hari ini bertepatan dengan Hari
Pahlawan, 10 November. Nilai-nilai kepahlawanan itu universal dan harus
menjadi bagian dari nilai-nilai yang ada pada diri pejuang senyum. Bob
Marley mengingatkan kita melalui lirik lagunya, “emancipate yourself from mental slavery, none but ourselves can free our mind.”
Untuk berjuang melegalisasi ganja bersama LGN, setiap pejuang senyum
harus bisa memerdekakan diri dari mental-mental terjajah. Jangan mau
dijajah! Apalagi dijajah oleh pikiran-pikiran kotor kita sendiri. Oleh
karena itu, Bob Marley mengatakan hanya diri kita sendiri yang mampu
mengosongkan pikiran-pikiran dunia dan mengisinya dengan nilai-nilai
luhur nan damai. Semangat inilah yang harus ada dalam diri pejuang
senyum.
Film ini bermulai dari daerah Barat Afrika (sekarang Ghana). Di sana terdapat sebuah pintu bertuliskan Door of No Return
yang menjadi gerbang utama bagi para budak-budak jajahan Inggris.
Mereka memasuki kawasan dimana tenaga dan pikiran mereka dikuras oleh
kaum penjajah. Latar belakang inilah yang kemudian membentuk identitas,
musik dan keyakinan dalam kehidupan Bob Marley. Pria kelahiran Jamaika
1945 adalah buah perkawinan seorang wanita kulit hitam 16 tahun dan pria
kulit putih 65 tahun. Bob Marley kecil merasa terpinggirkan dalam
lingkungan sosial kulit hitam maupun kulit putih karena ia dianggab
berkulit “merah”. Selain itu, Bob Marley tumbuh besar di daerah miskin
perkotaan, Kingston. Terlihat jelas beban derita yang ia tanggung saat
masa kecil bersama ibunya. Kurus sekali tubuhnya di usia 12 tahun.
Kenyataan pahit ini berhasil dihiasi testimoni-testimoni ibunya, kawan
main maupun musiknya, dan para kekasihnya (Bob memiliki 9 atau 10 anak
dari 6 atau 7 wanita berbeda), membuat film ini menarik untuk ditonton.
Bob Marley dan bandnya, The Wailers,
mengembangkan aliran musik yang berbeda dengan tren musik lokal maupun
internasional. Ritme reggae dan lirik-lirik bernuansa perdamaian,
sindiran politik, kebebasan dan perjuang berhasil memukau para penikmat
musik. Hal ini membuat karir mereka terus menanjak dan membawanya hingga
ke tanah Amerika. Kepergian Bob Marley dari tanah asal membuat
masyarakat Jamaika pada masa itu kehilangan sosok pemimpin. Kekosongan
ini berhasil dimanfaatkan oleh para politikus untuk membagi Jamaika
dalam 2 kubu politik besar. Perang antar sesama tidak bisa diredam dan
menimbulkan banyak korban jiwa. Melihat kondisi kampung halaman yang
luluh lantah oleh keserakahan politikus, membuat Bob Marley kembali ke
Jamaika. Alhasil, Ia berhasil mengajak kedua pemimpin kubu parta politik
itu berjabat tangan di atas panggung. Banyak hal-hal lain dikemukakan
dalam film dokumenter ini dan membuat kita semua paham mengapa Bob
Marley menjadi figur perdamaian di dunia.
Film Dokumenter Marley membuat para
pejuang senyum terpaku di posisinya selama kurang lebih 2 jam. Mereka
ada yang duduk dirumput, bersandar di pohon bahkan berdiri
dipinggir-pinggir trotoar. Kita semua belajar dan memahami bahwa
perjalanan hidup yang dilalui Bob Marley dari kecil hingga menjadi “Sang
Pencerah” dilalui dengan suka dan duka dalam semangat yang tak pernah
mati. Get up stand up, stand up for your rights! Salam damai pejuang
senyum…. Terima kasih Bob Marley
Tidak ada komentar:
Posting Komentar